RESUME TEORI PUBLIC RELATIONS
Dea Radista Rachmi -
155120207111036
Ilmu Komunikasi
Universitas Brawijaya Malang
1. TEORI
SISTEM
Teori
sistem menjelaskan tentang esensi dasar kehidupan, yaitu pentingnya menjalin
hubungan sosial dalam hal ini adalah antara lain organisasi dengan publiknya.
Organisasi merupakan suatu sistem sosial yang kompleks dan rumit karena di
dalamnya saling ketergantungan, berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama
lain. Jika ada satu sistem yang rusak maka sistem yang lain tidak akan
berfungsi.
Menurut
Health (2009, dikutip di Kriyantono, 2014) teori sistem berguna unutuk memahami
proses public relations. Menurut
Littlejohn (dikutip dalam Kriyantono, 2014) mengatakan bahwa teori sistem
membahas hubungan antar bagian dalam organisasi. Teori sistem juga menjadi
titik munculnya teori sibernetika dan teori informasi.
Komunikasi Sebagai Perekat
Sistem
Sebagai
suatu sistem, organisasi memiliki karakterisktik yang dimiliki setiap sistem
sosial, yaitu:
a. Keseluruhan
dan saling bergantungan, bagian di dalamnya saling bersatu dan tidak dapat
dipahami secara terpisah.
b. Hierarki,
satu sistem merupakan bagian dari sistem yang lebih besar.
c. Peraturan
sendiri dan kontrol
d. Pertukaran
dengan lingkungan
e. Keseimbangan
f. Perubahan
dan kemampuan adaptasi
g. Sama
tujuan
Peran Public Relations dalam menjalain hubungan
Menurut
Lattimore, dkk (dikutip dalam Kriyantono, 2014) terdapat dua peran praktisi PR
yaitu:
1). Hal hal yang menyangkut
pekerjaan teknis seperti menulis press
release, membuat newsletter,
fotografi, dll
2). Peran manajerial, berkaitan
dengan mengidentifikasi masalah dan memecahkannya.
Dalam melaksanakan peran
manajerial, PR betindak sebagai:
· Seorang
ahli yang mampu mengidentifikasi masalah
· Seseorang
yang menjadi mediator dan fasilitator
· Seorang
yang mampu menjadi partner
2.
FUNGSI
BOUNDARY SPANNING
Dalam
pendektan teori sistem, terjadinya ketengangan antara organisasi dan publik
internal maupun ekternal disebabkan oleh:
a. Tersumbatnya
saluran komunikasi
Jika ada masalah anatar organisasi dan karyawan,
PR dituntut mampu membatasi masalah agar tidak keluar. PR harus membuka saluran
komunikasi yang memungkinkan karywan untuk berbagi kekesalannya.
b. PR
gagal momosisikan dirinya sebagai “dominant-coalition”
PR harus menjadi individu atau kelompok yang
memilki pengaruh besar dalam pengambilan keputusan. Agar fungsi “dominant-coalition” berjalan baik RP
diharapkan tidka hanya menampung keluhan tetapi juga berani menyampaikan kepada
manajer.
c. Hubungan
media yang kurang baik
Tersumbatnya
saluran komunikasi dengan media terjaid bila akses media untuk memperoleh
informasi terbatasi, media tidak puas terhadap infromasi yang disampaikan.
Aktivitas melaksanakan fungsi
boundary spanning yang dilakukan PR yaitu:
· Menjelaskan
informasi tentang organisasi kepada publik
· Memonitor
lingkungan sehingga mengetahui apa yang terjadi dan menginterpretasi isu
potensial
·
Membangun sistem komunikais dua
arah dyngan publiknya
3. TEORI RELATIONSHIP MANAJEMEN
3. TEORI RELATIONSHIP MANAJEMEN
Menurut
Ledingham;Botan&Hazelton (dikutip dalam Kruyantono, 2014) teori ini
berfokus pada proses memajemen relasi antar organisasi dengan publiknya baik
internal maupun eksternal karena teori ini dikenal sebagai pusat atau init PR.
Teori ini dikenal sabgai teori OPR (Organization-Public
Relationship) karena menciptakan keseimbangan kepentingan anatar organisasi
dengan publiknya. OPR menganggap komunikasi digunakan untuk menstimuli publik
unutk bersama sama menciptakan makna dan menekankan membangun relasi dengan
semua publik.
Menurut
Kriyantono (2014) teori relationship management harus memilki beberapa prinsip
dasar berikut ini:
· Fokus
utama PR yaitu membangun relasi
· Relasi
yang berhasil jika didasarkan upaya meraih keuntungan bagi organisasi dan
publik.
· OPR
bersifat dinamis sehingga selalu berubah tiap saat
· Relasi
didorong oleh kebutuhan dan keinginan dari organisasi dan publik
· Manejemn
OPR yang efektif akan menignkatkan pemahamam dan keuntungan bagi organisasi dan
publik
· Keberhasilan
OPR diukur berdasarkan kualitas relasi
· Komunikasi
adalah alat strategi memanajemen relasi
· OPR
dipengaruhi oleh relasi, sifat interaksi frekuensi pertukaran dan resiprositas
· OPR
dikategorikan ke beberapa jenis yaitu, relasi personal, relasi preofesional,
relasi komunitas
· Penciptaan
relasi dapat terjadi dalam berbagai aspek kajian dan pratik PR
4.
TEORI
MATEMATIKA KOMUNIKASI
Teori
informasi digagas oleh dua ahli matematika yaitu, Shannon dan Weaver. Teori ini
memggambarkan proses komunikasi antar manusia sebagai proses transmisi yang
linier anatar komunikator kepada komunikan. Shannon dan Weaver mengenalkan
beberpa konsep yang saling berkaitan yaitu, gangguan, transmitter, sumber, signal, reciever, destination, entropi
dan informasi.
Pertama,
pesan disusun oleh sumber informasi lalu pesan tewrsebut di transmisi oleh
transmitterdan diubah menjadi sinyal agar dapat dimngerti. Model tersebut
menjelaskan komponen komunikasi ketiga, yaitu channel. Channel
diartikan sebagai medium bagi perjalanan pesan. Receiver adalah alat untuk menerima sinyal yang dikirim oleh sumber
informasi. Noise adalah segala
sesuatu yang mendistorsi pesan yang dimaksudkan oleh sumber atau segala yang
menggangu penerima saaat menerima pesna
Teori Informasi dalam praktik
PR
Berbagai
gangguan yang menghambat dalam prsoes komunikasi anatara organisasi dengan
publiknya dpaat menyebabkan kesalahan persepsi sehingga pesan yang disampaikan
PR ternyata dipersepsi berbeda oleh publiknya. Dengan Teori Informasi
Matematika, Praktisi PR dapat menangani berbagai jenis noise atau gangguan dalam merancang program komunikasinya.
5.
TEORI
UNCERTAINTY REDUCTION
Teori
ini menyatakan bahwa hidup ini penuh keragu-raguan yang membuat ketidakjelasan.
Teori ini berguna untuk mengurangi keragu-raguan dan tidakpastian saat
berkomunikasi dengan orang lain.
Komunikasi
merupakan alat untuk mengurangi ketidakpastian, setidaknya ada dua peran komunikasi,
yaitu:
1. Komunikasi
digunakan untuk mendapatkan informasi tentang lawan bicara. Semakin banyak
persepsi anda ketika berbicara dengan orang baru, semakin membuat anda berada
dalam situasi ketidakpastian.
2. Komunikasi
digunakan untuk membuat prediksi atau penejelasan tentang makna perilaku lawan
bicara.
Informasi
merupakan alat yang dapat mengurangi ketidakpastian akan situasi tertentu.
Semakin banyak informasi yang anda dapatrkan, semakin berkurang ketidakpastian
anda. Informasi ada dua jenis yaitu verbal dan non verbal. Keduanya saling
memengaruhi dalam proses mengurangi ketidakpastian ini. Beberapa kondisi yang
membuat anda ingin mengurangi ketidakpastian sangat tinggi dan ingin
(termotivasi) mengetahui banyak informasi. Beberapa kondisi itu anatar lain:
a. Prediksi
bahwa anda akan berkomunikasi dengan orang lain tersebut di waktu lain yang
akan datang
b. Anda
merasa bahwa berkomunikasi dengan seseorang menghasilkan keuntungan bagi anda
c. Bila
anda berinteraksi dengan oorang yang mempunyai perilaku yang tidak lazim atau
abnormal menurut anda
Berger
dan Bradag (dikutip di Kriyantono, 2014) mengembangakna TUR dengan membangun
dua jenis ketidakpastian, yaitu:
· Ketidakpastian
perilaku. Berkaitang dengan ketidakpastian akan perilaku mana yang seharusnya
seseorang lakukan
· Ketidakpastian
kognisi. Berkaitan dengan ketidakpastian tentang apa yang mesti dipikirkan
tentang sesuatu atau orang lain.
Menurut
Berger (1979, dikutip di Kriyantono, 2014) ada beberapa cara yang bisa
dilakukan untuk mengurangi ketidakpastian, yaitu:
a. Strategi
pasif = terjadi jika seseorang hanya mengamati perilaku orang lain.
b. Strategi
aktif = terjadi jika seseorang aktif mencari informasi tentang orang lain
melalui pihak ketiga
c. Strategi
interaktif = secara langsung bertanya tanya dengan orang yang menjadi target
komunikan.
Berger
dan Calabrese (1975, dikutp di Kriyantono, 2014) , menjelaskan aksioma teori
uncertainty reduction:
1. Hubungan
ketidakpastian dengan komunikasi verbal
2. Hubungan
ketidakpastian dengan komunikasi non verbal
3. Hubungan
ketidakpastian dengan pencarian informasi
4. Hubungan
ketidakpastian dengan keakraban
5. Hubungan
ketidakpastian dengan resiprositas
6. Hubungan
ketidakpastian dengan persepsi akan kesamaan dan ketidaksamaan
7. Hubungan
ketidakpastian dengan perasaan suka
Menurut
Heath (2005, dikutip di Kriyantono, 2014) menyarankan PR untuk meminimalkan
ketidakpastian dengan menrapkan startegi komunikasi seperti berikut:
· Mengumumkan
berbagai perubahan sendini mungkin bagi semua publik yang mungkin merasakan
dampak perubahan
· Memfasilitasi
partisipasi staf dalam proses pengambilan keputusan untuk menyelesaikan suatu
masalah
· Menjaga
agara aliran informasi terjadwal dengan baik.
· PR
harus menjelaskan segala kebijakan atau keputusan yang diambil manajemen.
· Selalu
menjaga kepercayaan publik terhadap organisasi
6.
TEORI
EXCELLENCE
Model
Public Relations mengindentifikasi empat model, yaitu:
1. Model
Press Agentry / Publisitas
Proses diseminasi informasi bergerak satu arah
dari organisasi kepada publiknya. PR lebih banyak melakukan propaganda atau
kampanye untuk tujuan publisitas media yang menguntungkan pihaknya. Tujuan
model ini untuk mendapatkan liputan media.
2. Model
Public Information
Tujuan model ini yaitu membangun kepercayaan
publik melalui komunikasi satu arah dengan memberikan informasi kepada publik
tetapi tidak mementingkan persuasuf untuk mengubah sikap. Gruning & Hunt
(1984, dikutip di Kriyantono 2014)
3. Model
two way asymmetric
Gruning & Hunt (1984, dikutip di Kriyantono
2014) menganggap model ini sudah menerapkan komunikasi dua arah. Model ini
lebih mengarahkan strategi komunikasi organiusasi untuk mempengaruhi publik
beradaptasi dengan organisasi bukan sebaliknya
4. Model
two way symmetric
Model
ini adalah model yang ideal, karena mengutamakan dialog secara penuh dengan
publiknya serta fokus pada upaya membangun hubungan dan pemahaman bersama bukan
berupa memersuasi publik dengan berbagai cara. Organisasi menganggap publik
mejadi sumber.
Model asymmetric
biasanya terjadi pada organisasi yang mempunyai karakterisktik yaitu,
berorientasi internal, sistem tertutup, menganggap efesiensi dan kontrol atas
segala biaya lebih penting daripada kebutuhan akan inovasi, bersifat elitisme,
konservatif, bersifat kewenangan terpusat; sementara model symmetric adalah
interdependen, sistem terbuka, bergerak maju menuju ekuilibrium, mempunyai
sifat kesetaraan yang tinggi, memberikan otonomi kepada anggota organisasi
untuk kreatif dan inovatif, lebih mengedepankan invosai daripada fokus pada
tradisi, desentralisasi manajemen, setiap anggota organisasi menyadari
konsekuensi dari tiap tindakannya.
Teori
Excellence di Public Relations
Dari
model Press Agentry, Public Information
dan two way asymmetric menejlaskan fenomena, event atau aktivitas yang
benar benar ada dalam kenyataan di masyarakat. Ketiga model ini sering
diterapkan dalam praktik PR saat ini. Sedangkan teori symmetric menyarakan
bagaimana seharusnya aktivitas PR dipraktikan secara lebih etis dan efektif. PR
harus etis dalam menjalan profesinya.
7.
TEORI
CONTINGENCY IN ACCOMODATION
Teori
Contingency of Accomodation in PR (CA) berkembang atas kritik model two way symmetric
dalam teori excellence in PR. Akomodasi adalah situasi ketika praktisi PR
berupaya memenuhi kebutuhan organisasi dan publiknya melalui dialog, negosiasi
dan kompromi. Advokasi yaitu situasi ketika praktisi PR berusaha memenuhi
keutuhan organisasi dan publiknya dengan cara mengurangi atau meniadakan
kebutuhan pihak lainnya. Teori CA mengatakan bahwa win-win solutions ditawarkan
model two-way symmetric tidak selamanya merupakan kondisi ideal bagi
organisasi, bahkan sulit mencapainya.
Teori
ini secara umum menjelaskan bahwa hubungan organisasi dan publiknya tidak dapat
benar benar mencapai posisi two way
symmetric. Teori CA lebih tegas dari teori excellence karena memberi batasan tentang posisi organisasi saat
menjalin relasi dengan publik.
Variabel
teori Contingency of Accomodation
Variabel
internal disini adalah faktor internal organisasi seperti karakterisktik
organisasi, situasi departemen PR, karakteristik individual praktisi PR,
karakteristik koalisi dominan, termasuk juga ancaman. Sedangakn variabel
eksternal organisasi seperti lingkungan industri, publik eksternal, ancaman
ektsternal, level ketidakpastian, maupun isu eksternal.
Aplikasi teori CA dalam
penelitian dan Pratik PR
PR pada
saat tertentu dapat menerapakan strategi secara bergantian bersikap akomodatif
atau bersikap advokatif, tergantung variabel mana yang lebih dominan. Dalam
bidang penelitian, banyak peluang tema yang dapat dilakukan untuk menerapkan
teori CA bagi pengembangan ilmu PR terutama di konteks Indonesia.
8.
TEORI
STRUKTURASI
Teori
ini digagas oleh Anthony Giddens pada 1984
dan dibangun berdasarkan teori interaksi sosial. Teori ini memandang
bahwa individu mempunyai kemampuan mengubah struktur sosial. Struktut dalam
sistem sosial seperti norma norma kelompok, jaringan komunikasi, institusi
sosial ataupun pergaulan memengaruhi perilaku individu. Teori ini untuk
menerangkan proses komunikasi organisasis karena memungkinkan untuk
mendeskripsiskan bahwa organisasi diproduksi, direproduksi dan ditransformasi
melalui penggunaan aturan sosial.
Asumsi teori strukturasi
Berdasarkan
pendapat Giddens (1979, dikutip di Kriyantono 2014) terdapat beberapa asumsi
pokok teori strukturasi:
1. Manusia
adalah aktor (agent) yang menentukan
pilihan sendiri atas perilakunya
2. Organisasi
diproduksi dan di reproduksi melalui struktur yaitu penggunaan aturan dan
sumber daya
3. Struktur
beukanlah entitas fisik
4. Struktur
bersifat dinamis, maka struktrus daslam organisasi baukan hanya dibentuk pada
awalnya saja
5. Struktur
sering dipinjam dari kelompok yang lebih besar
6. Teori
struktur mengasumsikan bahwa semua interaksi sosial memmuat tiga elemen yaitu,
pemaknaan, moralitas, dan kekuasaan
Teori strukturasi dalam praktik
PR
Proses
PR dipandang sebagai prsoes yang mendukung semua level di dalam organisasi
bukan fungsi top manajemen yang terisolasi. Peran PR yaitu mengakomodasi dan
mengarahkan proses strukturasi agar tidak melenceng darti tujuan organisasi.
Teori ini memandang PR sebagai kekuatan komunikasi yang melayani terjadinya
reproduksi dan transformasi suatu
domnian dari suatu organisasi.
9.
TEORI
MOTIVASI DAN GAYA MANAJERIAL
1. Teori
Hirarki Kebutuhan
Ada beberapa tingkatan kebutuhan manusia yaitu
(1) kebuthan fisiologi, (2) kebutuhan keamanan dan keselamatan, (3) kebutuhan
sosial, (4) kebutuhan akan penghargaan diri, (5) aktualisasi diri. Karyawan akan
termotivasi tinggi jika semua kebuthannya terpenuhi.
2. Teori
X dan Y
Teori X menjelaskan sebagai upaya untuk
mengelola orang denagn memotivasi mereja sejak awal dengan kekuatan fisik dan
kekuasaan. Teori Y berasumsi setiap indivisu mempunyai pembawaan fisisk tidak
suka bekerja, karena itu pemberian motivasi dari eksternal sangat diperlukan
3. Teori
V
Teori ini memandang proses manajerial sebagai
proses relasi dua arah. Manajer maupun karyawan mempunyai peran yang sama sama
penting dalam proses manajerialnya.
4. Teori
kesehatan-motivator
Motivator
dan kesehatan merupakan faktor kepuasan dan ketidakpuasan kerja. Yang termasuk
faktor motivator adalah pengharagaan, tanggung jawab, kemauan, pekerjaan,
prestasi kerja, dll. Sedangkan kesehatan adalah gaji, supervisi, kemanan kerja,
kondisi lingkungan kerja, dll.
Empat
gaya manajerial dari Linkert:
1. Gaya penguasa mutlak
2. Gaya
semi mutlak
3. Gaya
penasihat
4. Gaya
pengajak serta
Aplikasi
teori Motivasi dalam praktik PR
Sangat
penting bagi PR mengetahui dan memahami motivasi karyawan. Pertama, PR memahami apakah kebutuhannya sudah
terpenuhi apa belum. Kedua, menyampaikan kebutuhan karyawan ke manajemen.
Ketiga, merancang program komuniksi yang bisa mendororng peningkatran motivasi
kerja. Keempat, mendorong iklim komunikasi yang kondusif.
10. TEORI SITUATIONAL OF PUBLICS :
teori tentang publik
Teori
ini bermanfaat untuk mengidentifikasi publik sehingga dapat membuat kategori
publik berdasarakan perilaku komunikasi dari individu dan efek komunikasi yang
diterima individu tersebut. Secara umum teori ini mendeskripsiskan sikap dan
perilaku komunikasi dari publik terhadap organisasi.
Menurut
Grunig (1979, dikutip di Kriyantono 2014) teori situational of the Public (STP)
mempunyai beberapa asumsi dasar yaitu:
1. Individu
yang berbeda diasumsiakn mempunyai perilaku yang lebih konsisten dan cenderung
sama jika mereka berada pada situasi sama
2. Persepsi
seserorang pada situastu akan menentukan kapan dia merespons, mengapa dia
merespons, dll
3. Setiap
individu berusaha beradaptasi dengan suatu situasi dalam cara tertentu
4. Publik
bersifat situational tergantuing pada
situasi yang dihadapi
5. Masalah
atau isu bersifat dinamis.
Grunig
(1979, dikutip di Kriyantono, 2014) membagi populasi menjadi tiga macam tipe
publik yaitu:
1. Publik
tersembunyi = sekelompok orang yang sebenarnya mempunyai permasalaahn yang
sama, tetapi tidak dapat mengidentifikasi dan tidak merespons.
2. Publik
terindentifikasi = perkembangan dari publik tersembunyi, jika kelompok itu
kemudian menyadari dan dapat mengidentifikasi maasalah maka kelompok itu
berkembang menjadi “aware publik”
3. Publik
aktif = sekelompok orang yang
mendiskusikan dan merepons permasalahan itu dengan mengeluarkan opini atau
melakukan aksi aksi tertentu.
Variabel
perilaku komunikasi dan persepsi situasional
1. Variabel
Independen : Persepsi situasional
Variabel
ini menjelaskan satu atau lebih variabel dependen. Variabel ini dapat digunakan
untuk menejelaskan kemungkinanan perilaku yang akan terjadi, situasi dimana
pemrosesan informasi akan terjadi dan disituasi mana pencarian informasi
terjadi, mengidentifikasi publik, mendeskripsiakan perilaku komunikasi dari
publik yang sudah diidentifikasi.
2. Variabel
Dependen : Perilaku Komunikasi
Teori
STP mendefinisikan perialku komunikasi sebagai “bagaimana anggota publik
memersepsi situasi dimana mereka dipengaruhi oleh konsekuensi organisasi”
menurut Grunig & Hunt (1984, dikutip di Kriyantono 2014)
Teori
Situasional dalam praktik dan penelitian PR
Teori
ini menjadi dasar PR untuk dapat mengidentifikasi dan mengantisipasi, apakah individu
mempunyanyi motivasi dan kemampuan untuk menajga kepentignan atau
ketertarikannya sebagai anggota publik dari organisasi. PR dapat
mengidentifikasi kondisi publik apakah dia lantent, aware, aktif atau nonpublik.
Daftar
Pustaka
Kriyantono, R. (2014). Teori Public
Relations, Perspektif Barat dan Lokal
. Jakarta:
`Prenadamedia
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar